KODE IKLAN DFP 1 Cerpen Pendidikan - Seandainya | kumpulan ilmu dan pengetahuan penting

Cerpen Pendidikan - Seandainya

KODE IKLAN 200x200
KODE IKLAN 336x280
Cerpen pendidikan - Berikut ini yaitu sebuah cerpen pendidikan kiriman pembaca yang berjudul seandainya.

Seandainya
Penulis: Nurul Hidayah Rusli


Semakin hari semakin ku khawatir memikirkan luka yang ada di pergelengan tangan ku ini akhir kecelakaan beberapa bulan yang lalu, yah sekitar 3 bulan lah, waktu itu hari raya idul fitri sesudah sholat Ied ku sekeluarga menuju ke rumah nenek ku yang ada di perkampungan Bacukiki, tiba di Bacukiki salah seorang sobat ku mengajak ku untuk jalan-jalan ke rumah sobat ku yang lainnya tanpa pikir panjang ku pribadi mendapatkan tawarannya dan segera kembali pulang ke rumah.

Beberapa menit kemudian ia tiba menjemputku di rumah dengan menggunakan motor sobat ku, di tengah perjalanan saya merasa motor itu semakin cepat apalagi perjalanan pada waktu itu penurunan pas memasuki jembatan “teeerrrtttss” motor yang kami kendarai jatuh terperosok mungkin alasannya banyak pasir sehingga menjadi licin atau memang benar kencang tapi saya sama sekali tak tau.

Aku bangun dan pribadi mengambil HP ku yang tak jauh terlempar dari ku, saya tak tau sama sekali apa yang terjadi, memang saya sadar tapi saya tak percaya ini, saya tak percaya sama sekali saya kecelakaan, ini merupakan pengalaman pertama di hidupku. Ku mencari sobat ku yang juga jatuh orang-orang di sekitar situ berlarian menolong kami, saya melihat sobat ku yang tertindis motor dan masuk di selokan, kami di ajak untuk istirahat dulu dengan orang tadi yang menolong kami ternyata rumah yang kami tempati istirahat yaitu rumah sobat Ibu ku, saya juga gres sadar ternyata tangan ku berdarah menyerupai terlihat bocor, ku tak berani memegangnya alasannya ku memang takut oleh darah terpaksa ku menyuruh orang yang tadi menolong ku untuk mencuci darah dari tangan ku, ku menangis kesakitan, awalnya ku berencana ingin menyembunyikan luka ini alasannya ku takut di marahi oleh ayah dan ibu ku tapi sesudah ku pikir-pikir lagi lebih baik ke dua orang renta ku tau hingga hasilnya sobat dari Ibu ku menelpon ayah ku untuk segera menjemputku dan teenyata mereka sama sekali tidak murka hanya saja mereka terus menasihati ku.

Kini luka ini terlihat menyerupai sembuh namun jikalau di tekan terasa sakit dan juga luka ini berbekas timbul menyerupai ada yang mengumpal di dalamnya, ayah dan ibu selalu mengajak ku untuk periksa tangan ku ini tetapi ku selalu tak mau alasannya ku sangat takut alasannya kata ibu jalan satu-satunya yaitu tangan ku ini hari di sesek/iris biar di dalamnya sanggup sembuh alasannya di dalamnya itu semacam nanah. Pikiran ku kemana-mana jangan hingga tangan ku infeksi terus di amputasi atau tidak sanggup bergerak lagi, ku semakin takut dengan semua itu niscaya sangat sakit jikalau hal itu benar terjadi.

Sampai hasilnya ku mau tuk memeriksakan tangan ku ini ke dokter, awalnya ayah hanya membawanya ke peraktek alasannya di sana ingin mengambil referensi ke rumah sakit, cukup usang menunggu dokternya tiba dan hasilnya pun dokter itu tiba dan memeriksanya sebentar kemudian memberi ayah surat-surat tuk di bawa kerumah sakit besok, ayah sempat bertanya perihal jurusan polinya/penanganannya dan ternyata saya di tangani oleh dokter bedah, perasaan ku semakin sedih, saya sangat takut.

Sampai di rumah ayah pribadi menceritakan kepada Ibu dan abang ku terus saja mengejek ku dengan dilema ini tetapi ku menghadapinya dengan santai, biarkanlah ia menang malam itu.

Akhirnya hari itu tiba, ku semakin takut. Jam telah menunjukka pukul 07:25 saya dan ayah segera berangkat ke rumah sakit kami sengaja berangkat pagi-pagi biar tak terdahului oleh banyak orang, ku berfikir ini terlalu pagi tapi ketika hingga sudah banyak orang yang mengantri, ayah mengambil nomor urut yang telah tersedia dan kami urutan ke 16 sangat usang apalagi pemanggilan urutan gres saja di mulai tapi untung pake banget lah saya bertemu dengan tetangga ku yang ternyata nomor urutannya 8, ketika tiba gilirannya ku di panggil sama ia dan sekalian juga mengurus data ku, wah tidak susah-susah lagi deh menunggu antrian. Setelah itu masih harus di daftar lagi, cukup banyak orang tetapi ayah pribadi sigap memberi data ku tadi hingga hasilnya kami cepat selesai dan segera menuju di ruang bedah.

Aku kira rasa menunggu ini sudah hingga di sini, tapi ternyata dokter seorang hebat bedah belum datang, “TikTokTikTok” sangat usang menunggu, jam sudah meunjukkan pukul 08;30 tetapi dokter itu belum datang, padahal dokter dari seorang hebat lainnya sudah datang, bersabar bersama ayah hingga menunggu beberapa jam. Aku sangat lelah sampai-sampai saya kehilangan cairan tubuh di sana, akupun menyuruh ayah untuk keluar membelikan ku air minum dan kini tak terasa memperlihatkan pukul 10;30 ayah harus menjemput adik ku, saya pun di tinggal sendiri sedangkan ayah berangkat menjemput adik ku, ayah hanya berpesan jikalau dokter sudah tiba masuk saja kalau namamu sudah di sebutkan.

Aku duduk dan terus memegang botol minuman itu, saya sangat takut walaupun di sekitar ku banyak orang namun mereka semua tak ku kenal, saya terus menunggu ayah, ku tatap lagi jam tangan ku, 5 menit telah berlalu ku menoleh ke samping kiri ku melihat seorang berpakaian putih tiba jantung ku pribadi berdetak sangat kencang jangan bilang kalau ini dokternya saya sangat takut apalagi ayah belum tiba menemani ku, ia terus berjalan dan melewati ruang ‘Poli Bedah’ akhhh leganya hati ini. 10 menit berlalu dan hasilnya ayah muncul dan segera kembali duduk di sampingku.

Ku menatap wajah ayah yang sangat tampak lelah, ku kasihan melihatnya ku juga kesal dengan semua ini kenapa dokter itu belum juga tiba saya juga sudah sangat lelah, ini merupakan olahraga pantat, pantat ku sangat sakit dari tadi pagi hanya duduk. Pukul 12;00 siang, ada ibu-ibu yang sudah sangat kesal dan segera mencari informasi perihal dokter seorang hebat bedah tersebut dan ternyata dokter itu sedang mengoprasi kini dan akan selesai kira-kira satu tau dua jam lagi, saya sangat ingin pulang dan segera beristirahat tetapi ku tatap wajah ayah masih bersabar menunggu dokter itu hingga perawat yang berada di ruangan periksa memanggil dokter umum saja untuk memeriksa. Tiba nama ku yang di panggil jantung ku sudah mulai berdetak sangat kencang, ku memasuki ruangan dan duduk di depan dokter itu, untung dokternya ramah jadi itu mengurangi beban ku sedikit, ia hanya menuliskan resep obat di kertas dan memberikannya ke ayah dan berkata “obat ini harus di habiskan biar mengurangi rasa sakitnya alasannya kita akan tetap kerja tangannya, besok lusa kembali lagi kesini”

Ku rasanya ingin menangis dikala tau tangan ini akan di bedah sesuai kata Ibu waktu kemudian ku sangat takut. Aku dan ayah pergi membeli obat di apotek rumah sakit tersebut “astaga” antriannya pengambilan obat banyak sekali, ayah mendaftar lagi dan untung lagi orang itu menyuruh ayah membeli obat di apotek luar sehingga tidak terlalu usang menunggu, ayah menyuruh ku menunggu di daerah parkir dan segera membeli obat di didepan rumah sakit tapi ternyata bukan di situ yang di maksud pengurus tadi dan ternyata apotek erat ruang UGD, ayah pribadi menuju kesana saya lagi-lagi menunggu ayah, 10 menit menunggu dan saya hanya bangun berlindung di bawah pohon hasilnya ayah datang, saya sangat lelah dan ingin memarahi ayah alasannya sangat usang tetapi ku tatap wajah ayah dan ku berfikir sambil berkata dalam hati “aku saja lelah apalagi ayah, yang nyatanya ayah dari tadi yang sibuk mengurus kepentingan ku sendiri, ayah memang sabar. Maafkan saya ayah ! saya memang egois”

Ku sangat kasihan melihat ayah, kami pun pulang kerumah. Aku pribadi beristirahat begitupun dengan ayah. Kini ku sadar pengorbanan orang renta itu bagaimana. Seandainya hari itu ku tak pergi naik motor sama sobat ku niscaya tak ada luka di tangan ini, seandainya tak ada luka di tangan ini niscaya takkan membuang tenaga ku dan ayah, jadi seandainya tak berawal dari kesalahan ku niscaya takkan pernah merepotkan ayah. Memang semenjak kejadian itu hingga kini tak ada sama sekali penyesalan yang terlintas di benakku hanya saja ku berfikir ini lah hidup menyerupai roda yang berputar, terkadang kita di atas maupun di bawah.

Penulis: Nurul Hidayah Rusli

artikel terkait :
cerpen persahabatan - arti sahabat
cerpen cinta - another love story
cerpen lucu terbaru
KODE IKLAN 300x 250
close
==[ Klik disini 1X ] [ Close ]==
KODE IKLAN DFP 2
KODE IKLAN DFP 2