Dalam pembelajaran kurikulum 2013 model pembelajaran sangat penting di terapkan dalam proses kegiatan berguru mengajar. Model pembelajaran yang dipilih dan dipakai oleh guru haruslah sempurna dan sesuai dengan materi pebelajaran serta huruf penerima didik.
Sebelum mengetahui apa itu pengertian dari model pembelajaran maka alangkah baiknya kita memahami dulu pengertian pembelajaran dan pengertian model.
pembelajaran merupakan proses interaksi antara penerima didik dengan pendidik dan sumber berguru dalam suatu lingkungan belajar. Dalam Permendikbud RI No.103 Tahun 2014 pasal 1 lebih terperinci menyatakan bahwa pembelajaran yaitu proses interaksi antarpeserta didik dan antara penerima didik dengan pendidik dan sumber berguru pada suatu lingkungan berguru .
Dalam pembelajaran, siswa yaitu subjek yang aktif belajar. Tentu saja, guru juga memainkan peranan penting. Peran guru tersebut yaitu memilih, menetapkan, dan menata kegiatan-kegiatan (events) pembelajaran biar efektif bagi proses berguru siswa. Untuk itulah guru harus merancang kegiatan pembelajaran (events of instruction) dengan baik, termasuk dalam memakai metode dan model pembelajaran yang tepat, semata-mata biar proses berguru siswa berhasil.
Model merupakan kerangka konseptual. Sehingga dari klarifikasi antara pembelajaran dan model maka sanggup di simpulkan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang dipakai sebagai pedoman atau yang melukiskan mekanisme yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman berguru untuk mencapai tujuan berguru tertentu.
Model pembelajaran sanggup berfungsi atau bermanfaat sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran.
Dalam kurikulum 2013 terdapat 4 jenis model pembelajaran yang di pesyaratkan untuk sanggup di terapkan dalam pembelajaran kurikulum 2013.
Ke empat jenis model pembelajaran tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Model Discovery Learning.
Model Discovery Learning merupakan model pembelajaran yang memperlihatkan kesempatan kepada penerima didik untuk mencari tahu wacana suatu permasalahan dan menemukan solusinya menurut kepada hasil pengolahan informasi yang dicari dan dikumpulkannya sendiri, sehingga penerima didik mempunyai pengetahuan gres yang sanggup digunakannya dalam memecahkan duduk kasus atau kasus yang relevan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Discovery Learning adalah sebagai berikut;
1) Stimulation (memberi stimulus).
Dapat di artikan sebagai guru memperlihatkan stimulan, utuk diamati penerima didik biar menerima pengalaman belajar, dan mengamati pengetahuan konseptual melalui kegiatan membaca, mengamati situasi atau melihat gambar.
2) Problem Statement (mengidentifikasi masalah).
Problem Statement merupakan kegiatan penerima didik dalam menemukan permasalahan apa saja yang dihadapi, sehingga pada kegiatan ini penerima didik diberikan pengalaman untuk menanya, mencari informasi, dan merumuskan masalah.
3) Data Collecting (mengumpulkan data).
Dapat di artikan sebagai Mencari dan mengumpulkan data/informasi yang sanggup dipakai untuk menemukan solusi pemecahan kasus yang dihadapi. Kegiatan ini juga akan melatih ketelitian, akurasi, dan kejujuran, serta membiasakan penerima didik untuk mencari atau merumuskan banyak sekali alternatif pemecahan masalah, bila satu alternatif mengalami kegagalan.
4) Data Processing (mengolah data).
Dalam hal ini penerima didik mencoba dan mengeksplorasi kemampuan pengetahuan konseptualnya untuk diaplikasikan pada kehidupan nyata, sehingga kegiatan ini juga akan melatih keterampilan berfikir logis dan aplikatif.
5) Verification (memverifikasi).
Peserta didik mengecek kebenaran atau keabsahan hasil pengolahan data melalui banyak sekali kegiatan, atau mencari sumber yang relevan baik dari buku atau media, serta mengasosiasikannya sehingga menjadi suatu kesimpulan.
6) Generalization (menyimpulkan).
Peserta didik digiring untuk menggeneralisasikan hasil kesimpulannya pada suatu bencana atau permasalahan yang serupa, sehingga kegiatan ini juga sanggup melatih pengetahuan metakognisi penerima didik.
2. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan Model pembelajaran yang bertujuan merangsang penerima didik untuk berguru melalui banyak sekali permasalahan positif dalam kehidupan sehari-hari, dikaitkan dengan pengetahuan yang telah atau akan dipelajarinya, contohnya wacana pengaturan lalu-lintas. Permasalahan yang diajukan pada model PBL, bukanlah permasalahan “biasa” atau bukan sekedar “latihan” yang diberikan sesudah conoth-contoh soal disajikan. Permasalahan dalam PBL menuntut klarifikasi atas sebuah fenomena. Fokusnya yaitu bagaimana penerima didik mengidentifikasi info pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah, dan materi maupun konsep yang relevan ditemukan oleh penerima didik sendiri.
Tahapan – tahapan pada pembelajaran Problem Based Learning (PBL) yaitu sebagai berikut:
1) Mengorientasi penerima didik pada masalah;
Tahap ini untuk memfokuskan penerima didik mengamati kasus yang menjadi objek pembelajaran.
2) Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran;
Pengorganisasian pembelajaran merupakan salah satu kegiatan dimana penerima didik memberikan banyak sekali pertanyaan (atau menanya) terhadap kasus yang dikaji.
3) Membimbing penyelidikan berdikari dan kelompok;
Pada tahap ini penerima didik melaksanakan percobaan untuk memperoleh data dalam rangka menjawab atau menuntaskan kasus yang dikaji.
4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya;
Peserta didik mengasosiasi data yang ditemukan dari percobaan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
5) Analisis dan penilaian proses pemecahan masalah;
Setelah penerima didik menerima balasan terhadap kasus yang ada, selanjutnya dianalisis dan dievaluasi.
3. Project Based Learning (PjBL)
Model pembelajaran Project Based Learning merupakan Model pembelajaran yang bertujuan untuk pembelajaran yang memfokuskan pada permasalahan kompleks yang diharapkan penerima didik untuk memahami pembelajaran melalui investigasi, kerja sama dan eksperimen dalam menciptakan suatu proyek, serta mengintegrasikan banyak sekali subjek (materi) dalam kurikulum.
Tahapan –tahapan dalam dalam model pembelajaran project based learning yaitu sebagai berikut;
1) Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek.
Tahap ini sebagai langkah awal biar penerima didik mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada.
2) Mendesain perencanaan proyek. Sebagai langkah positif menjawab pertanyaan yang ada, disusunlah suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.
3) Menyusun jadwal sebagai langkah positif dari sebuah proyek.
Penjadwalan sangat penting biar proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.
4) Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek.
Guru melaksanakan monitoring terhadap pelaksanaan dan perkembangan proyek. Peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang dikerjakan.
5) Menguji hasil, Fakta dan data percobaan atau penelitian dihubungkan dengan banyak sekali data lain dari banyak sekali sumber.
6) Mengevaluasi kegiatan/pengalaman.
Tahap ini dilakukan untuk mengevaluasi kegiatan sebagai pola perbaikan untuk kiprah proyek pada mata pelajaran yang sama atau mata pelajaran lain.
4. Model Inquiry Learning
Model pembelajaran Inquiry Learning merupakan suatu kegiatan berguru yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan penerima didik untuk mencari dan memeriksa secara sistemik, kritis, logis, dan analisis sehingga mereka sanggup merumuskan sendiri penemuannya. Peserta didik harus sanggup mengumpulkan informasi tambahan, menciptakan hipotesis dan mengujinya. Peran guru selain sebagai selain sebagai pengarah dan pembimbing, guru menjadi sumber informasi data yang diperlukan.
Tahapan – tahapan pada model pembelajaran Inquiry Learning yaitu sebagai berikut;
1) Mengamati menyebarkan fenomena alam yang akan memperlihatkan pengalaman berguru kepada penerima didik bagaimana mengamati banyak sekali fakta atau fenomena.
2) Mengajukan pertanyaan wacana fenomena yang dihadapi untuk melatih penerima didik mengeksplorasi fenomena melalui banyak sekali sumber.
3) Mengajukan dugaan atau kemungkinan balasan sanggup melatih penerima didik dalam mengasosiasi atau melaksanakan daypikir terhadap kemungkinan balasan dari pertanyaan yang diajukan.
4) Mengumpulkan data yang terakait dengan dugaan atau pertanyaan yang diajukan, sehingga penerima didik sanggup memprediksi dugaan yang paling sempurna sebagai dasar untuk merumuskan suatu kesimpulan.
5) Merumuskan kesimpulan-kesimpulan menurut data yang telah diolah atau dianalisis, sehingga penerima didik sanggup mempresentasikan atau menyajikan hasil temuannya.
Ke empat model pembelajaran yang telah penulis jelaskan di atas merupakan model pembelajaran yang di harapkan sanggup di gunakan dalam pembelajaran kurikulum 2013 serta sesuai dengan model pembelajaran yang di harapakan dalam perkembangan era era 21.
Guru diharapkan sanggup menentukan model pembelajaran yang sempurna dalam penerapannya pada kegiatan pembelajaran sehingga penerima didik akan merasa nyaman dan bahagia dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung sehingga tujuan pembelajaran sanggup terwujud sesuai dengan harapan.
Demikianlah klarifikasi yang penulis sanggup bagikan pada artikel kali ini semoga sanggup bermanfaat bagi dunia pendidikan dan jangan lupa kunjungi artikel-artikel lainnya dalam blog ini melalui link kherysuryawan.